Utk mencapai Curug Tujuh Cilember dari pinggir jalan raya Ciawi-Puncak, tidak terlihat ada plang jalan yang cukup jelas, jadi harus rajin bertanya ke stan ojek di mulut jalan. Jalan masuknya cukup sempit, melewati perumahan yang cukup rapat, berbelok-belok. Kalau anda membawa kendaraan yg cukup besar, seolah2 kita hampir menabrak atap rumah orang.
Sepanjang jalan, hati terus bertanya2, apa benar ada air terjun di belakang rumah. Setelah melalui jalan aspal mulus berliku2, sesekali terpaksa mundur maju saat berpapasan dgn kendaraan lawan arah, pada tanjakan terakhir yg cukup tinggi, di sebuah bukit yg masih dijaga Perhutani, dibelakang sekumpulan villa2 dgn halamannya yg luas, terdapatlah sebuah bukit yg berbeda dari sekitarnya. Bukit tsb. terlihat mencolok diantara bukit2 lain yg penuh dgn ladang2 penduduk. Menemukan kehijauan disini, seperti menemukan oase ditengah gurun yg terdiri kampung, vila dan kebun jagung. Sepintas hanya satu punggungan bukit saja yg masih terlihat hijau dgn tanaman pinus berdiameter cukup besar. Bukit itu bernama Hambalang.
Tetapi, setelah memasuki gerbangnya, pemandangan berubah drastis. Sekarang kita memasuki lokasinya yg asri dan tenang. Gemericik air terdengar dari sebuah pancuran bambu yg mengangguk2 krn kosong lalu teris air dan seterusnya. Air jernih mengalir disela2 batuan dan tanam2an yg berasal dari sebuah mata air diatas; sebuah tempat yg kita akan tuju. Jembatan gantung, taman kupu2, taman air, taman anggrek, menambahkan suasana rileks yg biasanya kita dapatkan saat frekwensi kita beresonansi dgn alam; sebuah harmoni yg kita sedang cari.
Plang nama didepan pintu gerbang bertuliskan kerjasama perhutani dgn desa Jogjogan. Mungkin ini adalah salah satu contoh baik, bahwa desa ikut menikmati kehadiran wisatawan dgn ikut mengelola perparkiran, kebersihan, keamanan dan bentuk pengelolaan lain. Mereka juga ikut menanam modal, warung, villa, toilet dan persewaan tenda beserta perlengkapannya.
Tempat ini strategis, lengkap dan cukup asri utk acara reuni keluarga besar, liburan bersama2 anak2, maupun liburan teman2 sekolah. Melakukan kegiatan di alam dan bermalam disini cukup menyenangkan. Tak usah khawatir, disini terdapat beberapa villa mungil yg suasanya menyatu dgn alam, musholla, toilet dan kamar mandi bersih. Jadi kalau kita tidak dpt sepenuhnya meninggalkan cara hidup kota atau kalau kita membawa anggota2 keluarga senior atau balita, rasanya tempat ini cukup memadai jika dibandingkan dgn Taman Safari umpamanya, yg tak jauh dari sana, yg juga menawarkan hal serupa, tetapi lebih komersial.
Wanawisata Curug Tujuh Cilember adalah tempat yg baik buat anak2 utk mulai berkenalan dgn alam, belajar hidup mandiri, belajar memasak sambil bermain, mengagumi keindahan. Dan yg paling dianggap penting buat sebagian orang kota, adalah lokasinya yg tak lebih satu jam berkendaraan dari Jakarta.
Anda juga tak perlu membawa perlengkapan apa-apa, krn tenda dan alat-alat masak pun bisa disewa. Keamanan yg biasanya selalu dikhawatirkan utk sebuah camping keluarga, tak perlu ada, krn lokasi camping ground dijaga 24 jam oleh hansip dari penduduk kampung sekitar yg memahami arti pentingnya keamanan kenyamanan anda disitu.
Tujuan utama ke Curug Tujuh Cilember adalah mengunjungi tujuh Curug yg bertingkat-tingkat. Umumnya wisatawan keluarga menikmati curug ke tujuh; sebuah curug terdekat, yg hanya beberapa ratus meter dari pintu gerbang. Sedangkan wisatawan minat khusus (petualangan) bisa terus menuju ke enam curug lainnya diatas.
nice info kak
BalasHapus